Thursday, May 15, 2008

Tiba saatnya untuk melihat LUMBUNG PADI kita

Bila kita melihat sejarah pada jaman orde baru presiden RI kedua menerima, penghargaan dari organisasi dunia atas keberhasilan bangsa kita karena dapat swasembada beras. Tetapi permasalahan swasembada pangan dan keamanan pangan (food security) terutama beras di Indonesia selalu menjadi bahan perdebatan seru, mengingat beras merupakan komoditi pangan utama penduduk Indonesia dan juga sektor yang cukup banyak melibatkan rakyat dalam proses produksinya. Sehingga beras menjadi komoditi strategis yang tidak mungkin dilepaskan ke dalam mekanisme pasar tanpa adanya campur tangan pemerintah. Permasalahan ketahanan pangan meliputi dua hal penting yaitu ketersediaan produk dan keterjangkauan harga produk.

Ketersediaan dilumbung kita atas komoditi ini dipengaruhi oleh tingkat produksi yang sangat tergantung oleh alam. Dalam kondisi panen raya, dimana produk berlimpah dan harga menjadi murah, diperlukan penentuan harga minimum oleh pemerintah untuk meningkatkan harga sehingga petani tidak dirugikan dan kelebihan produk akan dibeli untuk stok pangan. Hal ini juga untuk mencegah adanya ekspor gelap, suatu permasalahan yang saat ini sedang ramai dibicarakan.

Jika kondisi alam tidak bersahabat sehingga terjadi paceklik, maka terjadi kekurangan produk yang mengakibatkan harga menjadi terlalu tinggi. Peran pemerintah adalah memberlakukan harga maksimum sehingga harga yang dianggap terlalu tinggi dapat diturunkan dan untuk menambah jumlah produk di pasar dilakukan operasi pasar dengan mensupplai stok beras. Ini juga untuk mencegah terjadinya impor gelap.

Belum lagi kondisi perbankan di negara kita kurang mendukung lahan pertanian dan industri lumbung bpadi kita ini. Investasi di sektor ini sangat riskan menurut para ahli dan tingkat jaminan dan tingkat pengembaliannya tidak dapat terprediksi. Seharusnya dapat menjadi lembaga yang mensupport para petani.

Dari sektor lahan saja kita semakin berkurang dikarenakan lahan digunakan untuk apartment, perumahan mewah dan pusat perbelanjaan. Masih adakah lahan yang tersisa bagi tempat lumbung padi kita. Memang ironis bila kita melihat berdiri kokoh bangunan yang mewah sedangkan pusat pengembang bibit unggul padi hanya bangunan sederhana.

Proyeksi kebutuhan beras dalam negeri, sebagai pangan pokok (principal food) masyarakat, ditahun tahun mendatang akan terus meningkat. Menurut USDA, proyeksi import menunjukkan bahwa hingga tahun 2014 kebutuhan dalam negeri akan beras terus meningkat antara 22-25 juta ton seiring dengan pertumbuhan penduduk, yang diperkirakan akan mencapai 253 juta jiwa pada tahun 2014 (asumsi laju pertumbuhan tetap 1.49%/tahun). Hal ini dapat menyebabkan dari seluruh negara Asia Tenggara, Indonesia satu-satunya negara yang masih melakukan import dan tidak pernah mengeksport berasnya, serta kian jauh tertinggal dengan Vietnam yang terus mampu mengeksport berasnya, bahkan lebih tinggi dibanding Thailand.

Swasembada pangan, ketersediaan serta keamanan pangan (food security) harus diawali dengan kontinuitas dan kecukupan produksi pertanian dalam arti luas, dimana untuk mewujudkannya sektor pertanian tidak dapat melakukannya sendiri. Butuh kerjasama semua bidang dan keahlian untuk dapat terlibat didalamnya. Mulai dari peran serta penyuluh pertanian lapang ditingkat desa dan kecamatan serta seluruh penataan kelembagaannya, pemulian atau penakar tanaman atau ternak serta ikan sampai pada keahlian manajerial pemberian pupuk, air, pakan dan pemberantasan hama dan penyakit. Di dalamnya juga dapat terlibat berbagai industri hilir seperti industri pupuk, pakan ternak, pestisida, serta industri biologi dan kimia dasar. Untuk mempercepat laju pemenuhan kebutuhan pangan ini, penguasaan terhadap keahlian trans genik atau bioteknologi mutlak diperlukan. Belum lagi industri alat mesin pertanian dapat berkontribusi mempermudah pengelolaanya.

Ketersediaan pangan sesungguhnya pula merupakan tulang punggung pertahanan nasional itu sendiri. Tanpa pangan yang cukup dan bergizi, generasi penerus pun akan lumpuh secara perlahan. Jauh dari itu, ketergantungan pangan pada negara lain, biasanya berdampak juga pada tataran hidup yang lainnya, bahkan kadang kehidupan berpolitik dan agama pun dipertaruhkan.